SPONSOR

Rabu, 06 Januari 2010

Robot Militer Gantikan Manusia, Baik atau Buruk?



WASHINGTON - Perkembangan teknologi robot yang dapat digunakan untuk maju ke medan perang, ternyata tak semulus yang pembuatannya. Ada dilema yang akan dihadapi, ketika manusia digantikan robot dalam bertempur.

Saat ini, tentara Amerika Serikat yang mengikuti perang di Afganistan, Irak, dan Pakistan dapat duduk dengan tenang, sambil menggerakan tombol joystick dari jarak ribuan mil tanpa takut terkena bahaya, karena sang robot yang maju di medan perang.

Tentu sebuah kemajuan tersendiri, melihat perkembangan teknologi robot militer yang sedemikan pesatnya. Sebab suatu saat, bukan tidak mungkin kalau di masa depan manusia hanya duduk di balik komputer, dan melihat robot yang bertempur.

Akan tetapi, ini menjadi sebuah dilema yang bagaikan pisau yang memiliki dua sisi yang tajam. Artinya, di satu sisi robot militer bisa mengundang hal positif, namun di sisi lain bisa menjadikan efek yang negatif.

"Ini tentu berefek pada politik. Akan ada banyak nyawa manusia yang tidak akan mati di peperangan. Dan menyelamatkan manusia, itu ide yang bagus," ujar pengamat militer Peter Singer kepada AFP, Senin (17/8/2009).

Kendati demikian, pria yang juga seorang penulis buku "Wired for War" itu juga mengungkapkan kekhawatirannya, jika robot militer akan benar-benar menggantikan manusia. Pasalnya, perang bukan sekedar menyelamatkan nyawa manusia saja.

"Memang nyawa prajurit yang biasa ikut berperang akan selamat. Tapi, yang mesti diingat, mudahnya teknologi ini, menjadikan manusia menjadi congkak. Dan perang akan semakin mudah saja pecah," tandasnya.

Tidak hanya itu saja, yang membuat Peter bingung adalah, siapa nantinya yang akan didakwa menjadi pejahat perang untuk mempertanggung jawabkan sebuah robot.

"Apakah pengembang dari sistem senjata? Apakah pengembang perangkat lunak? Apakah perusahaan yang membuat senjata? Ataukah militer keputusan yang memutuskan untuk menggunakan senjata?" Pungkas dia.






0 komentar:

Posting Komentar